Bagi Anda yang biasa melakukan "ritual" mudik, dari Jakarta dan
kota-kota sekitarnya menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur, bila melalui
jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) tentunya akan melewati Kabupaten
Brebes. Dan sudah menjadi kebiasaan bagi para pemudik untuk selalu
singgah di kota-kota yang dilewati selama perjalanan untuk sekedar
melepas lelah, sholat, dan tentunya berburu kuliner. Karena kesempatan
ini menjadikan berbeda berburu kuliner yang tidak dijumpai sehari-hari
di tempat tinggal atau disekitar kita bekerja selama ini, dan sudah
menjadi buah bibir bahwa kuliner di daerah jawa selain murah tentunya
nikmat dan cocok di lidah orang Indonesia pada umumnya.
Kali ini, dalam perjalanan pulang dari Jawa selepas berkunjung ke sanak famili menuju kembali ke Serang-Banten, tepat di Alun-alun Kota Brebes kami berhenti untuk melepas lelah dan sholat ashar karena hari sudah menjelang sore hari. Masjid Agung Brebes berada di sebelah kanan alun-alun kota dan biasanya bila kami melewati alun-alun ini memang selalu berhenti, selain untuk istirahat tentunya belanja telor asin yang menjadi ikon Kabupaten Brebes.
Nah, kali ini kami berbeda karena melihat kondisi alun-alun sore hari yang sudah ramai oleh pengunjung dan pedagang kaki lima disekitar area alun-alun. Kami melihat banyak terdapat warung kaki lima bertulisan "Kupat Glabed" dan "Sate Blengong". Penasaran tentunya, jadi kepengen untuk merasakan bagaimana dan apa itu makanan. Tanpa sungkan-sungkan dihampiri dan tanya-tanya tentang makanan khas ini.
Kupat Glabed
Sama seperti halnya kupat-kupat biasa yang ada di tanah Jawa, disuguhkan dengan menggunakan kuah bersantan pekat berwarna kuning. Kemudian ditaburkan dengan kerupuk berbahan beras dan bawang goreng, bila anda suka dapat ditambahkan dengan potongan daging bebek yang diolah menjadi satu dengan sayur kuah santan tadi. Setelah itu kembali diguyur semacam sambel khas untuk memberikan rasa pedas dan segar. Satu porsinya seharga Rp11.000,00.
Sate Blengong
Berbahan daging bebek yang diolah dan dimasak menyerupai sate, dengan
bumbu bersantan disajikan pertusuk seharga Rp3.000,00. Seperti ada rasa
kacangnya terasa sangat nikmat, kami menikmati sate ini bersama dengan
kupat glabed. Sate ini menjadi kegemaran masyarakat setempat, terlihat
dari pengunjung yang memadati penjual sate yang khusus menjualnya dengan
cara dibungkus, karena penjual tersebut tidak menyediakan area untuk
makan di tempat.
Dari kedua kuliner khas Brebes ini, satu menjadi kesimpulan adalah menggunakan daging bebek sebagai menu utamanya. Dari tanya-tanya tadi, tentunya hal ini berhubungan dengan Brebes dengan ikon telor asinnya sehingga banyak produksi bebek dan berbagai olahannya.
Pada awalnya, bebek yang di olah menjadi makanan adalah bebek-bebek yang sudah tidak produktif untuk bertelor lagi tetapi karena lambat-laun kebutuhan bebek untuk diolah menjadi masakan, akhirnya diternakkan juga bebek yang khusus untuk bebek potong. Hal ini selain memberikan daging bebek yang segar karena masih berumur muda, juga memberikan diversifikasi pendapatan masyarakat setempat.
Dari kedua kuliner khas Brebes ini, satu menjadi kesimpulan adalah menggunakan daging bebek sebagai menu utamanya. Dari tanya-tanya tadi, tentunya hal ini berhubungan dengan Brebes dengan ikon telor asinnya sehingga banyak produksi bebek dan berbagai olahannya.
Pada awalnya, bebek yang di olah menjadi makanan adalah bebek-bebek yang sudah tidak produktif untuk bertelor lagi tetapi karena lambat-laun kebutuhan bebek untuk diolah menjadi masakan, akhirnya diternakkan juga bebek yang khusus untuk bebek potong. Hal ini selain memberikan daging bebek yang segar karena masih berumur muda, juga memberikan diversifikasi pendapatan masyarakat setempat.
Demikian perjalanan dan kuliner kali ini, bila anda melewati Kota Brebes, jangan lupa untuk mampir di Alun-Alun Kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar